Selasa, 28 Juli 2009

kota tua


Museum Bank Mandiri (ex-NHM Building)

“Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) atau Factorji Batavia adalah Badan operasi sistem tanam paksa yang merupakan reinkarnasi VOC yang telah bangkrut” (Alwi Shahab: Saudagar Baghdad dari Betawi, hal. 135)

Dinasionalisasi pada tahun 1960 menjadi salah satu gedung kantor Bank Koperasi Tani & Nelayan (BKTN) Urusan Ekspor Impor, kemudian bersamaan dengan lahirnya Bank Ekspor Impor Indonesia (BankExim) pada 31-12-1968, gedung tsb pun beralih menjadi Kantor Pusat BankExim, hingga akhirnya legal merger BankExim bersama Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) ke dalam Bank Mandiri (1999), maka gedung tsb pun menjadi asset BCB Bank Mandiri yang sekarang dimanfaatkan sebagai Museum Bank Mandiri.

Museum Bank Mandiri terletak di Jl. Lapangan Stasiun No. 1 Jakarta-Kota, Bangunannya menempati area seluas 10.039 m2, Bangunan Nederlandsche Handel

Maatschappij (NHM) dirancang arsitek belanda yaitu J.J.J de Bruyn dan A.P. Smits dan C. van de Linde, Gedung ini mulai dibangun tahun 1929 tanggal 14 Januari 1933 Oleh C.J Karel Van Aalst, Presiden NHM ke-10. Gedung ex-NHM ini tampak kokoh dan megah dengan arsitektur Niew Zakelijk atau Art Deco Klasik, Museum Bank Mandiri menyimpan banyak koleksi berbagai macam jenis blanko dan barang-barang yang ada kaitannya dengan Bank tempo doeloe.(MK)Sumber

June 8th, 2009 at 10:13 pm | Comments & Trackbacks (0) | Permalink


Museum Day, Momentum Kebangkitan Museum

MOMENTUM Hari Museum Internasional kemarin merupakan momentum kebangkitan kembali museum-museum di kawasan kota tua. Pendekatan museum agar lebih dekat dengan warga sekitar tampaknya cukup berhasil. Bukan hanya dilihat dari partisipasi warga tapi juga dari pengetahuan warga tentang isi museum. Setidaknya khalayak yang berkumpul di Taman Fatahillah jadi tahu bahwa meriam si Jagur semula berada di halaman taman di sekitar lokasi di mana kini ada bekas galian trem.

Melalui kuis yang dibikin oleh panitia “Museum Day”, warga juga jadi paham apa nama tempat yang digunakan untuk menyimpan uang yang letaknya di bawah gedung Museum Bank Mandiri. Namanya, brandkast atau kemudian menjadi brankas.

Meskipun diadakan dengan sangat sederhana, dan buat banyak orang terasa kurang greget, bagaimanapun menjadi peringatan hari museum yang paling mengesankan. Dengan semangat dan kekompakan dari Forum Komunikasi Antar Museum di Kota Tua (Museum Bank Indonesia, Museum Bank Mandiri, Museum Bahari, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang, Balai Konservasi, dan UPT Kota Tua) dibantu oleh ACP Com yang sudah berpengalaman membantu museum dan kota tua, acara yang dipersiapkan dalam waktu singkat pun menjadi begitu hidup sekaligus menghidupkan kawasan itu yang di hari Senin lebih sepi dibandingkan hari-hari lain.

Jika pada setiap hari Senin museum tutup, maka kemarin museum buka hingga malam hari dan tanpa dipungut bayaran. Pin-pin bertuliskan Museum Day pun dibagikan kepada khalayak. Kepala Dinas Pariwisata dan Permuseuman DKI Arie Budhiman menyatakan, rasa terima kasih atas inisiatif forum komunitas yang menggelar acara tersebut meski dalam keterbatasan.

“Saya sangat meng-appreciate teman-teman di forum komunikasi yang sudah menggelar peringatan Hari Museum untuk pertama kali. Ke depan tentu akan kami bikin yang lebih terprogram, kami bikin lebih panjang dan puncak acara pada 18 Mei. Kami bikin pekan museum dan kerja sama dengan berbagai pihak,” paparnya. Arie juga menegaskan, bunker akan dibuka untuk umum setiap hari Senin. Ini sebagai pengganti museum yang tutup di hari itu.

Mantan Kepala Biro Humas dan Protokol DKI itu tak lupa mengingatkan, keberadaan bunker di depan Museum Sejarah Jakarta (MSJ) merupakan bagian dari atraksi museum dan atraksi wisata di kota tua. “Apalagi kalau melihat keingintahuan masyarakat yang begitu besar terhadap sejarah bunker. Juga untuk menjawab keingintahuan mereka terhadap bunker ini,” tandasnya.

Hari Museum tahun ini seperti menjadi titik awal pembenahan museum dalam rangka mempersiapkan Tahun Kunjungan Museum 2010. Secara perlahan namun pasti museum secara keseluruhan akan dibenahi. Sebut saja dari sisi pelayanan, informasi, manajemen museum, dan tata pamer. Karena apa, karena dalam rangka menghidupkan kawasan kota tua dan menjadikannya sebagai tujuan wisata maka tak pelak kondisi museum harus ikut direvitalisasi.

Selain itu jaminan atas keamanan, kebersihan, kenyamanan, ketertiban juga mutlak disegerakan. Mengutip Arie, harus ada komitmen kolektif demi tercapainya jaminan tersebut. Artinya, Pemprov DKI tak bisa sendirian mengupayakan hal itu, “Stakeholder, pihak swasta dan juga pemerintah pusat tak bisa hanya diam. Perlu ada dukungan dari mereka,” tambah Arie.

Camat Tamansari, Rustam Effendi, menimpali, persoalan di kota tua bukan hanya di museum tapi juga di sekitar museum yaitu gedung-gedung tua yang tak terawat. “Kalau bangunan di sekitar museum malah dibiarkan dalam kondisi menyeramkan, buat shooting film horor, kan susah juga. Artinya harus ada kemauan dari si pemilik bangunan untuk merawat gedung mereka,” lanjutnya, supaya terlihat lebih bersih dan nyaman, juga aman karena pemulung yang dibiarkan tinggal di bangunan kumuh itu juga akan hilang.

Semoga saja dengan momentum Hari Museum Internasional di mana forum komunikasi disebut Arie Budhiman sebagai “inisiator” Hari Museum di Jakarta membawa angin segar bagi pembenahan museum dan kota tua secara umum. Harapan lain tentunya adalah agar stakeholder, swasta, dan pemerintah pusat tak menutup mata dan telinga tentang keberadaan kawasan berpotensi ini. [source]

May 20th, 2009 at 3:45 pm | Comments & Trackbacks (0) | Permalink


“Museum Day” 18 Mei, Bunker di MSJ Dibuka

SEKITAR dua bulan lalu International Council of Museums (ICOM) mengeluarkan rilis perihal International Museum Day 2009 (IMD 2009) yang jatuh pada 18 Mei dengan tema Museums and Tourism. Alissandra Cummins, Presiden dari International Council of Museums (ICOM) bersama Carla Bossi-Comelli, Presiden dari World Federation of Friends of Museums (WFFM/FMAM) mengeluarkan pernyataan terkait hari besar museum itu.

Intinya, IMD 2009 merupakan satu langkah awal yang mengupayakan pengembangan museum sebagai destinasi baru yang mendorong dunia pariwisata –khususnya saat krisis keuangan seperti sekarang ini. Kedua organisasi itu berharap dengan IMD, ethical tourism (pariwisata yang beretika) dan heritage bonding (perikatan heritage) akan kembali menempatkan komunitas lokal dalam posisi yang setara. “Ini adalah cara baru melihat pariwisata dan museum,” tandas Dirjen ICOM Julien Anfruns.

Perayaan hari museum secara internasional merupakan cara menyatukan hubungan terhadap warisan budaya yang merupakan identitas bersama sebagai manusia dan sebagai komunitas. Tentang apapun yang kita yakini dan bagaimanapun cara kita mengekspresikan itu. “Museums and Tourism mendorong pekerja professional di bidang museum dan sukarelawan museum bekerja sama dengan pengunjung dan turis untuk melahirkan interaksi dengan komunitas lokal. Supaya heritage bisa dirasakan baik di dalam maupun di luar tembok museum,” papar Cummins.

Sejak 1977 ICOM menggagas IMD untuk meningkatkan kepedulian terhadap peran museum dalam pembangunan masyarakat. Dua tahun lalu ICOM merayakan hari museum dengan temaUniversal Heritag” sedangkan tahun lalu ICOM mengambil tema Social Change and Development. Dalam perayaan tahun ini, museum di berbagai negara menggelar beragam aktivitas seperti workshop, konferensi, seminar, termasuk membuka museum hingga malam hari.

Museum berakar dari bahasa Yunani mouseion, yaitu kuil untuk sembilan Dewi Muse, anak-anak Dewa Zeus yang tugas utamanya adalah menghibur. Dalam perkembangannya mouseionmenjadi tempat kerja ahli pikir zaman Yunani kuno, seperti sebagai tempat sekolah Pythagoras dan Plato. Museum yang tertua sebagai pusat ilmu dan kesenian adalah yang pernah terdapat di Iskandarsyah (Alexandria).

Lama kelamaan gedung museum tersebut yang pada mulanya tempat pengumpulan benda-benda dan alat-alat yang diperlukan bagi penyelidikan ilmu dan kesenian, ada yang berubah menjadi tempat mengumpulkan benda-benda yang dianggap aneh. Perkembangan ini meningkat pada abad pertengahan di mana yang disebut museum adalah tempat benda-benda pribadi milik pangeran, bangsawan, para pencipta seni dan budaya, para pencipta ilmu pengetahuan. Kumpulan koleksi yang ada mencerminkan apa yang khusus menjadi minat dan perhatian pemiliknya.

Benda-benda hasil seni rupa sendiri ditambah dengan benda-benda dari luar Eropa merupakan modal koleksi yang kelak akan menjadi dasar pertumbuhan museum-museum besar di Eropa. Museum ini jarang dibuka untuk umum karena koleksinya menjadi ajang prestise dari pemiliknya dan biasanya hanya diperlihatkan kepada para kerabat atau orang-orang dekat.

Seiring perkembangan pengetahuan di Eropa pada abad 18 maka embrio museum mulai terbentuk. Di Indonesia, khususnya Jakarta, perkembangan museum terbentuk atas pengaruh perkembangan museum di Belanda. Seperti pernah beberapa kali ditulis Warta Kota, perkembangan museum di Jakarta dimulai dengan berdirinya lembaga Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (lembaga seni dan ilmu pengetahuan) pada tahun 1778.

Dalam rangka Hari Museum Internasional, di Indonesia, seperti yang tercatat di Direktorat Museum Departemen Kebudayaan dan Pariwisata ada beberapa kegiatan dalam rangka IMD 2009. Kegiatan itu antara lain seminar di Museum Naskah Proklamasi pada 18 Mei, lomba lukis di Benteng Yogya, pameran bersama di Museum Sejarah Padang pada 26-31 Mei, Festival Kuliner pada 22 Mei di Benteng Yogya.

Sedangkan di Jakarta, komunitas delapan museum di Kota Tua menyelenggarakan acara sederhana pada 18 Mei mulai pukul 15.00 hingga 18.00 dipusatkan di Taman Fatahillah. Acara itu berupa pameran karikatur dalam rangka pengenalan museum ke warga setempat. Selain itu akan ada adu lambat naik sepeda ontel.

Karena hari Senin adalah hari tutup museum, maka untuk menggantinya, bunker di depan Museum Sejarah Jakarta (MSJ) akan dibuka untuk umum. “Itu sebagai pengganti aja sebab enggak mudah memutuskan buka museum pada hari Senin, terkait retribusi,” kata Kepala UPT MSJ Rafael Nadapdap.

Hal senada diucapkan Kepala UPT Kota Tua Candrian Attahiyat, sambil menambahkan, “Ini adalah acara pertama yang dilakukan dalam rangka Hari Museum Internasional, ke depan mudah-mudahan bisa diadakan secara tetap dan lebih terprogram,” katanya [source]

May 20th, 2009 at 3:34 pm | Comments & Trackbacks (0) | Permalink


[Event] Jakarta Night Trail

Dalam rangka memperingati hari Pendidikan Nasional dan Hari Buku se-Dunia, Komunitas Historia Indonesia (KHI), Jakarta Heritage Community (JHC) dan Indonesian Federation of Friends of Museums (IFFM), didukung oleh Forum Indonesia Membaca (FIM) dan Museum Bank Mandiri (MBM), mempersembahkan:

Jakarta Night Trail
Sabtu, 9 Mei 2009. Pkl. 15.00-21.00 wib

Tempat Kumpul: Museum Bank Mandiri, Jl. Lapangan Stasiun No.1 Jakarta Barat.

Depan stasiun KA Jakarta Kota / BeOS; Depan Halte Bus Transjakarta Kota.

Nara Sumber: Asep Kambali,KHI (Guru Sejarah / Pendiri KHI)

Bagian sejarah tertua dari Jakarta dikenal dengan sebutan Kota (Sansekerta) yang berarti “tempat yang dibentengi,” merupakan bandar termegah di Asia Tenggara, yakni Sunda Kalapa yang sejak abad ke-14 dikenal sebagai pintu gerbang menuju Kerajaan Pajajaran. Setelah pasukan Fatahillah menyerang dan merebut Sunda Kalapa (1527) dari tangan Pajajaran, Sunda Kalapa diganti namanya menjadi “Jayakarta” yang berarti “kemenangan sempurna.” Pangeran Jayakarta terusir hingga ke Jatinegara setelah Kota dihancurkan oleh tentara VOC pimpinan Jan Pieterszoon Coen dan Batavia mulai bangkit (1619) sebagai nama baru dari kota itu. Dengan nama ini, kota Batavia dikenal selama hampir tiga setengah abad dan berakhir ketika Jepang menduduki Hindia Belanda dan nama Jakarta diabadikan Jepang sampai sekarang.

Kegiatan: Field Trip Sejarah Jakarta; Tour de Museum; Nonton Film Tempo Doeloe; Makan Malam “Nasi Ulam” khas Betawi; Foto street hunting dengan objek Kota Tua Jakarta.

HTM:
Perorangan : Rp. 75.000 / orang;

Acara terbuka untuk umum.Terbatas, setelah baca segera daftar!

Fasilitas: Air Mineral; Pin unik; Mentoring; Makan Siang; Handout; Tiket masuk.

Route: Museum Bank Mandiri; Museum Bank Indonesia; Jl. Pintu Besar Utara; Taman Fatahillah, Jl. Cengkeh; Jl. Tongkol; Kasteel Batavia; Pelabuhan Sunda Kalapa; Culemborg; Menara Syahbandar; Gudang Rempah-Rempah VOC; Galangan Kapal VOC; Jembatan Kota Intan; Gd. Samudera Indonesia; Gd. Cipta Niaga; Gd. Kota Bawah; Jl. Kali Besar Timur; Chartered Bank; Toko Merah; kembali ke Museum Bank Mandiri.

CATATAN & TIPS

Acara 100% walking tour; Untuk itu dipersilahkan membawa minuman ringan dan obat-obatan pribadi secukupnya; Disarankan memakai pakaian casual, sandal gunung /sepatu kets; Sebagai tambahan bawa juga kamera/ handycam/ recorder/ handuk kecil/ topi lebar/ sun glass, dll.; Karena kegiatan dilakukan di dalam gedung tua bersejarah, maka perlu berhati-hati dalam beraktivitas, tidak pisah dengan rombongan, dan tidak berkata-kata yang sombong; Semua peserta dilarang mengambil, memindahkan, merusak, mencorat-coret barang-barang/ benda-benda bersejarah /koleksi yang ada di dalam museum. O ya, tidak boleh mengambil foto di museum, tapi kalo motret boleh kok! :D

CARA PENDAFTARAN & PEMBAYARAN:

1. Pendafataran:
Silahkan menghubungi telepon: 0856.9535.5713 (Maya, Ms). Anda akan mendapatkan no.pendaftaran sebagai peserta.

2. Pembayaran:
Silahkan transfer Acc. 697.0109.160 BCA Cab. Kartini Jakpus An. Asep Kambali dengan cara, Contoh: Ade mendapatkan nomor urut pendaftaran 16. Maka Ade pada saat melakukan transfer mengetik 75.016.

For more details please visit http://komunitashistoria.blogspot.com

April 23rd, 2009 at 1:34 am | Comments & Trackbacks (1) | Permalink


[Event] Jalan-jalan Kota Tua siang dan malam

Perahu-perahu dagang dengan layar terkembang, melintas gagah di depan Toko Merah yang megah, membelah aliran de Groote Rivier yang bening tenang. Jembatan kota Intan membuka lebar daun-daun jembatannya, membiarkan perahu keluar masuk Bandar. Di tepian dermaga sana, satu persatu kapal dagang dan perahu, lego jangkar melipat layar. Pintu-pintu loji dan gudang VOC telah terbuka lebar. Rempah-rempah negeri tropis, siap dimuat ke kapal dagang kompeni untuk diangkut ke negerinya Nederland. Kuli-kuli bongkar muat pelabuhan, mulai bermandi keringat mengais rejeki, di sela riuh renda teriakan juragan, bentakan mandor serta bacotan jawara dan jagoan Bandar. Pasar-pasar Batavia terus sibuk menggelar dagangan.

Penduduk Kota Batavia pada keluar rumah. Ke kantor, ke pasar, atau sekedar pesiar keliling kota, sembari pamer status dan kekayaan. Nyonya-nyonya besar Kompeni serta nyai-nyai Belanda, bergaun serba mewah dengan rok bertingkat-tingkat kayak kurungan ayam, keluar mencari angin di sepanjang kanal dan terusan batavia. Para budak dan bedienda berjalan mengiringi sang nyai dan nyonya besar Kompeni, memayungi wajahnya dari sengatan terik mentari. Budak perempuan terus mengipas-mengipas cari angin buat sang nyai yang terus mengunyah sirih pinang, memerahi sekujur mulut dan bibirnmya. Dan dibawah keteduhan pepohonan kenari dan palem yang berjejer rapih di sepanjang tepian kanal dan terusan, penduduk Batavia lalu lalang di tengah seribu satu kesibukan.

Saat senja menjelang, rumah-rumah pemandian di sepanjang tepian dinding kanal dan terusan, dipenuhi wanita telanjang dada berendam diri, zonder kuatir akan buaya pemangsa, pria iseng yang doyan ngintip serta air kali yang mulai perlahan sepi. Satu persatu perahu dagang mulai lego jangkar di tepian dermaga. Para pedagang sibuk berkemas diri meninggalkan pasar. Encek dan baba Cina telah kemabli ke rumah, sibuk hitung untung rugi dagangannya hari itu.

Daun-daun Jembatan Kota Intan perlahan ditutup, mengakhiri kesibukan siang di belahan Kali Besar. Kanal dan terusan ikut siap menjemput malam. Dari tepian Groote Rivier, Toko Merah mulai memamerkan kemegahannya di senja teduh, mematut diri berkaca ke air Ciliwung yang kian hening sepi. Derap sepatu serdadu Kompeni berderak keras dari atas bastion-bastion kota, siap menjaga Kota Batavia yang sebentar lagi menuju ke peraduan malamnya. Moncong-moncong meriam di bastion kota, menganga lebar siap memuntahkan isinya kea rah penganggu kota yang hendak berangkat tidur. Lampu-lampu kandelier mulai berkelip menerangi Batavia, dan di ujung bandar Batavia sana, sorot lampu suar mulai menyala, memandu perahu dan kapal dagang. Tapi Batavia belum mau tidur.

Di beranda depan, di bawah rerimbunan pepohonan kenari yang berjejer rapi menghiasi kawasan elit Tijgersgracht, tuan besar Kompeni rebahan santai di atas kursi malasnya, sembari menghisap pipa. Segelas anggur Rijn di sampingnya, selalu penuh siap ditenggak. Sang nyai tergolek malas di bale-bale, dengan kepala beralaskan setumpuk bantal empuk bersulam indah. Ia terus mengunyah sirih pinang. Sebentar-sebentar ia meludah ke tempolong ludah di sampingnya. Para budak, jongos, dan bediendanya siap melayani segala perintah sang nyai. Sembari terus dilayani para kacungnya, tuan dan nyonya besar Kompeni ikut menghantar Batavia ke peraduan malamnya, menikmati kerlap kerlip sinar lampu kandelier, yang memantul di permukaan air kanal.

Mereka sibuk menikmati asyiknya pasangan sinyo-noni, yang tengah memadu kasih memilin janji dari atas gondola dan arumbai Batavia yang melintasi kanal, diiringi lantunan alunan musik “Kota Bavia yang Berdandan”. Tuan dan nyonya besar Kompeni ikut larut dalam nostalgia. Melambungkan lamunan jauh ke alam sinyo dan noninya doeloe. Jauh ke Venesia sana yang penuh gondola berseliweran di air-air kanal. “Inilah Venesia Negeri Tropis…Batavia,”guman tuan besar Kompeni. Pesta riah dansa-dansi di gedung pertemuan di bilangan Tijgersgracht, usai sudah. Pasangan petinggi VOC dan tuan nyonya Kompeni bergandengan tangan meninggalkan ruangan pesta. Dan Batavia, Sang Ratu dari Timur, lantas lelap terlena dalam mimpi indahnya. ( Thomas B.Ataladjar, 2003)

Nostalgia di Kota Toea
Sabtu, 2 Mei 2009
Pukul : 17.00 – 21.30 WIB
Route : Kawasan Kali Besar, Taman Fatahilah, Bank Tua di Batavia
Biaya Partisipasi : Rp. 60.000,- (Enam Puluh Ribu Rupiah)
Fasilitas : Makan Malam di Museum Mandiri, Tour Guide, Nonton Film Jadoel, Id Card dan lain-lain

Keliling Kota Toea dengan Sepeda Onthel
Minggu, 17 Mei 2009
Pukul : 07.30 – 12.00 WIB
Route : Stasiun Barang, Kampung Bandan,Pelabuhan Sunda Kelapa
Biaya Partisipasi : Rp. 75.000,- (Tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah)
Fasilitas : Snack, Lunch, Tour Guide, Id card, Sinopsis dan Peserta di bonceng Sepeda Onthel

KOMUNITAS JELAJAH BUDAYA
Jl. Lapangan Stasiun No. 1 Jakarta-Kota
Telp : 0817 9940 173 / 021 99 700 131
Email : kartum_boy@yahoo. com
www.jelajahbudaya. blogspot. com
jelajahkotatua@ yahoogroups. com

April 23rd, 2009 at 1:23 am | Comments & Trackbacks (3) | Permalink


NgeJazz, Jalan-jalan, dan Menginap di Kota Tua

Ada ajakan yang unik dan menarik bagi mereka yang ingin menikmati Kota Tua di malam bahkan dini hari. Menjelajahi sudut remang-remang hingga sudut tergelap sekalipun. Tak sekadar mendengar penjelasan tentang sejarah sebuah gedung atau peristiwa yang terjadi di seputaran area tersebut tapi juga merasakan, membaui kondisi lembab gedung-gedung tua yang minim perawatan.

Adalah Komunitas Historia yang pada 28 Februari mendatang mengajak peminat sejarah berkeliling Kota Tua bahkan menginap di Museum Bank Mandiri. Ketua Komunitas Historia Asep Kambali mengatakan, “Program ini sebetulnya program Jakarta Night Trails tapi kemudian ada ide menginap di museum. Dibikin beda.” Ide beda itu datang dari Bondet Proborini, yang juga punggawa komunitas ini.

“Kalau jalan-jalan malam hari di museum atau di Kota Tua kan udah biasa. Kita cari yang agak enggak biasa,” ujar Bondet, saat dihubungi secara terpisah. Meski demikian, inti jalan-jalan ini tetap memperkenalkan berbagai peninggalan yang menyimpan sejarah. Misalnya, berkeliling Museum Bank Mandiri (MBM) untuk mengenali proses perbankan di awal abad 20.

Dari MBM peserta digiring ke Taman Fatahillah, Kali Besar untuk menelusuri beberapa gedung bersejarah seperti Toko Merah beserta kisah tentang Kali Besar itu sendiri, “Nanti kita juga masuk ke gedung Cipta Niaga,” imbuh Asep. Gedung ini masuk dalam gedung milik Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI). Gedung kosong ini seringkali digunakan untuk shooting video klip, foto pra pernikahan, dll. Acara yang dimulai pukul 21.00 itu akan berakhir sekitar pukul 05.00 keesokan paginya.

Setelah lelah berjalan-jalan, peserta kembali ke MBM untuk mengisi perut sambil menonton film bertema Batavia. Menurut Bondet dan Asep, peserta cukup membayar Rp 65.000 untuk acara ini dan bisa langsung mendaftar ke sekretariat Komunitas Historia di Jalan Danau Limboto 17, Bendungan Hilir, Jakpus. “Atau bisa juga cek di website kita, www.komunitashistoria.org,” tandas Asep.

Sebelum mengikuti acara ini, calon peserta bisa menikmati acara lain di Taman Fatahillah, yaitu Java Jazz On the Move. Sebuah acara yang merupakan acara pemanasan perhelatan jazz, Java Jazz, yang akan berlangsung 6-8 Maret. Pada acara yang akan memeriahkan kawasan itu mulai pukul 19.00 hingga pukul 22.00, akan tampil band Ecoutez dan Lala Suwages.

Niken Prabaningrum, Pre Event Coordinator Java Jazz, yang dihubungi Warta Kota, Selasa (24/2), mengatakan, untuk acara di Taman Fatahillah pihaknya juga mengundang sekitar 50-an anggota bike to work. “Kita juga sediakan parkir untuk sepeda mereka. Akan ada stan makanan, jajanan juga. Kita upayakan ada jajanan yang sesuai dengan kawasan Kota Tua,” ungkapnya.
Pemanasan Java Jazz sudah tiga kali digelar di kawasan Kota Tua. Dimulai saat Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI di bawah komando Aurora Tambunan. Tujuannya tak lain sebagai upaya menghidupkan kawasan.

April 4th, 2009 at 2:06 pm | Comments & Trackbacks (0) | Permalink


Kota Tua untuk Sentra Industri Kreatif

Sumber: Kompas

JAKARTA, RABU – Setelah dilakukan renovasi, kawasan Kota Tua termasuk Museum Fatahillah akan dijadikan sebagai pusat wisata kota Jakarta dan sebagai salah satu sentra industri kreatif di Jakarta.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu melakukan kunjungan ke kawasan kota Tua tersebut, Rabu sore dan menyebut bahwa revitalisasi Kota Tua itu akan juga termasuk pembangunan pusat industri kreatif.

“Ada berbagai macam ide untuk menarik minat orang berkunjung ke Kota Tua. Salah satunya menggunakan Kota Tua sebagai industri kreatif,” kata Mendag. Ia menyebut beberapa industri yang bisa dikembangkan antara lain musik, mode, desain, restoran serta galeri.

Mendag membandingkan Kota Tua itu dengan daerah wisata di Singapura dimana bangunan tua masih juga digunakan sebagai gedung perkantoran.

Sementara Gubernur Fauzi Bowo menyatakan siap untuk memfasilitasi kebijakan dari Pemerintah Pusat. “Kita siap menyesuaikan regulasi demi kemajuan Kota Tua. Apa yang diinginkan Pemerintah akan kita fasilitasi,” kata Fauzi.

Ia menyebut bahwa pembangunan industri kreatif itu seharusnya sudah “build in” dalam rencana revitalisasi Kota Tua, sehingga tidak hanya dilakukan revitalisasi, tapi ditambah dengan aktivitas.

Gubernur dan Mendag sempat mencoba transportasi wisata berupa bus mini kuno yang akan dioperasikan di sekitar daerah Kota Tua untuk para wisatawan yang berkunjung.

Selain meninjau Kota Tua dan pembangunan Terowongan Penyeberangan Orang (TPO) yang menghubungkan antara sisi Museum Bank Mandiri-Halte TransJakarta-Stasiun Kota, Gubernur juga meresmikan Museum Fatahillah yang baru selesai direnovasi. “Mari kita memanfaatkan momentum ini untuk berbuat lebih baik terhadap peninggalan sejarah,” kata Fauzi.(Antara)

April 4th, 2009 at 2:00 pm | Comments & Trackbacks (0) | Permalink


Atraksi Wisata Kota Tua

Sumber: Kompas

JAKARTA, RABU - Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta kembali menggelar Atraksi Wisata Kota Tua 2008 di halaman Museum Sejarah Jakarta, 8-9 November mendatang. Acara ini terdiri dari demo masak resep tua, pameran Batavia, Batavian Heritage Musical, serta Wisata Religi.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta, Arie Budhiman Soedarta berharap, masyarakat Jakarta dan sekitarnya dapat menikmati acara ini. “Semoga masyarakat dapat menjadikan Kota Tua ini sebagai salah satu alternatif obyek wisata di Jakarta. Kota Tua merupakan warisan bersejarah yang bernilai,” ujarnya, Rabu (5/11) di Museum Sejarah Jakarta.

Acara demo memasak akan dipimpin oleh Rudy Choirudin. Ahli kuliner ini akan mendemonstrasikan keahliannya memasak masakan tradisional, yang resepnya dapat dibawa pulang oleh pengunjung. Panitia juga akan mengadakan lomba masak resep tua. Ruddy Choiruddin, Chef Tatang, dan Hj Soelasmiati Soepardan menjadi dewan jurinya.

Sementara itu, pada Pameran Batavia, sekitar 20 mobil kuno akan ditampilkan, bekerja sama dengan Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia. Pengunjung dapat mencoba mengendarai mobil-mobil tersebut.

Selain itu, akan ada pagelaran Kecapi, Barongsai, Tari Zapin, dan Orkes Gambus. Pada Batavian Heritage Musical, akan ditampilkan Tarian Klasik Betawi Alio Kembang Topeng, yang merupakan kolaborasi Job Rusli Orchestra dan tata artistik Abi Farman. Selain itu, ada juga penampilan Silat beksi, Tarian Bendera oleh Garuda Indonesia Color Guard, dan lainnya.

Sementara itu, Wisata Religi akan menutup Atraksi Wisata Kota Tua 2008. Wisata Religi merupakan sebuah tahlil akbar dan haul pahlawan, yang dipelopori oleh Forum Betawi Rempug, dan komponen masyarakat Jakarta lainnya.

April 4th, 2009 at 1:58 pm | Comments & Trackbacks (0) | Permalink


Festival Kota Tua, Tumbuhkan Cinta pada Jakarta

Sumber: Kompas

JAKARTA, SABTU - Pemerintah Kota Jakarta Barat untuk keenam kalinya kembali menggelar festival kebudayaan di kawasan kota tua, Sabtu sore.

Kegiatan yang berlangsung setiap tahun ini dipusatkan di halaman museum Fatahillah dan dibuka pada pukul 15.00 WIB secara langsung oleh Wakil Walikota Jakarta Barat, Burhanudin dan ditandai pemukulan tambur oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, Finondang Simanjuntak.

Selain Wakil Walikota Jakarta Barat dan Kepala Dinas Pariwisata, turut hadir Kepala Suku Dinas Pariwisata, A.Z Harahap, anggota DPRD Komisi E, Ernawati Sugando, Kepala Suku Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Jakarta Barat Aminudin, Abang-None Jakarta Barat dan Koko-Cici Jakarta Barat

Wakil Walikota dalam sambutannya mengatakan, warga Jakarta Barat patut berbangga karena masih memiliki bangunan-bangunan tua yang megah dan memiliki nilai historis.

Beberapa bangunan tersebut diantaranya Museum Wayang dan Museum Keramik. Ada pula museum sejarah Jakarta atau lebih dikenal Fatahillah yang dibangun tahun 1704 dan diresmikan tahun 1710 untuk kemudian dimanfaatkan sebagai balai kota batavia.

Bangunan ini sendiri akhirnya dijadikan museum sejarah pada tahun 1704 dan sebagai cagar budya sebagaimana diatur dengan SK Gubernur KDKI Jakarta No 476 tahun 1993 tentang penetapan bangunan-bangunan bersejarah di DKI Jakarta, katanya. Usai dibuka secara simbolis, Festival Budaya dimulai dengan pawai budaya seperti Ondel-ondel, Reog Ponorogo, Gambang Kromong, Ranca Bali, Marching Band, Tanjidor, Kuda Lumping dan Marawis.

Kebudayaan China yang memang sangat kental di kawasan Kota Tua seperti Liong, Wushu, Barongsai Tonggak Dragon Phoenix yang menjadi juara dunia di Genting Malaysia tahun lalu, serta kehadiran komunitas Sepeda Ontel dan tokoh pahlawan turut mewarnai acara ini.

Sebelum menggelar atraksi hiburan, para peserta pawai berkeliling di Kawasan Kota Tua dengan rute Jalan Pintu Besar Utara, Jalan Bank, Jalan Kali Besar Barat, Jalan Kopi, Jalan Roa Malaka Utara, Jalan Kali Besar Barat, Jalan Kali Besar Timur 3 dan kembali ke Jalan Pintu Besar Utara.

Selain pawai dan hiburan, para pengunjung Kota Tua juga dimanjakan dengan kehadiran puluhan stand yang menyebar di halaman Museum Fatahillah seperti stand aksesoris, stand PKK, stand Pecinta Ontel Indonesia, serta Sekolah Musik Tionghoa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar